Kobe adalah sebuah kota pelabuhan di prefektur Hyogo, sekitar satu jam dari Osaka. Awalnya Kobe hanya akan jadi destinasi side trip kami, digabung dengan Nara. Tapi setelah liat peta, ternyata Nara dan Kobe saling berlawanan dari Osaka, jika digabung, waktu kami akan habis di jalan, haha. Selain itu, ketika saya baca-baca blog dan informasi sana-sini, ternyata daya tarik Kobe besar juga untuk saya, alhasil jadilah kami dedikasikan satu hari kami di Kobe.
—
Kobe Harborland (Mosaic) – Setibanya kami di Stasiun Kobe, langsung kami lanjutkan jalan kaki ke Kobe Harborland. Satu hal yang saya suka dari Jepang, orang-orangnya suka jalan kaki, didukung oleh fasilitas yang memang bikin betah buat jalan kaki.


Alhamdulillah hari itu cerah, makin semangat buat jalan-jalan, haha. Destinasi pertama kami adalah Kobe Harborland. Daya tarik utama saya ingin ke Kobe Harborland adalah saya ingin naik ferris wheel di pinggir laut, haha. Antrinya tidak terlalu panjang, untuk naik ferris wheel ini kita dikenakan tarif 800 yen, mahal juga ya, tapi untuk pengalaman sesekali, menurut saya it’s ok.

Ada sesuatu yang menarik perhatian saya, mercusuar. Melihat mercusuar di port Kobe ini membuat saya membayangkan salah satu film garapan Studio Ghibli, From Up on Poppy Hill. Kalau sudah pernah nonton, pasti tau kalau Umi suka ngibarin bendera buat ayahnya yang seorang pelaut. Walaupun ayahnya sudah meninggal, Umi masih ngibarin bendera tersebut di depan rumahnya. Nah, di mercusuar ini ada benderanya, mirip-mirip sama benderanya Umi, jadilah kebayang film tersebut saat liat mercusuar di port Kobe ini, haha.
Selain ferris wheel, Kobe juga menawarkan wisata pesiar. Kapal pesiar yang digunakan bermacam-macam, mulai dari dekorasi kapal fantasi, hingga kapal dengan fasilitas live music selama di atas kapal, dan lain sebagainya. Harganya bermacam-macam sesuai fasilitas yang ditawarkan, mulai dari 1.200 yen hingga lebih dari 2.000 yen. Kami tidak naik kapal pesiar dikarenakan budget kami yang pas-pasan, haha.


—
Meriken Park – Seperti taman-taman di Indonesia, Meriken Park juga jadi salah satu destinasi liburan keluarga dan pasangan muda-mudi yang dimabuk cinta (geli sendiri bacanya, haha). Sepertinya di taman ini sering diadakan event, waktu saya kesana ada panggung dan bazar. Banyak anak-anak juga main disini, dan yang namanya anak-anak, dimana aja juga sama, suka main air, haha.

—
Port of Kobe Earthquake Memorial Park – Pada 17 Januari 1995, Kobe diguncang gempa bumi dahsyat yang memakan sekitar 40.000 korban jiwa dan luka-luka, serta menghancurkan lebih dari 240.000 rumah dan bangunan. Di memorial park ini, ada satu bagian yang dibiarkan begitu saja tidak diperbaiki, sebagai pengingat gempa tersebut.



Selain tugu peringatan, di sini juga ada museum terbuka, berisi foto-foto dan penjelasan dampak gempa beserta pemulihan dan rekonstruksi pasca gempa.


—
Destinasi selanjutnya adalah Nankinmachi (China Town). Sama seperti China Town pada umumnya, disini juga dipenuhi dengan dekorasi warna merah, barongsai, dan makanan-makanan khas China. Suasana yang panas, penuh sesak, membuat kami tidak betah berlama-lama disini, mood kami untuk berfoto pun hilang menguap, alhasil hanya sebentar disini kami langsung angkat kaki ke destinasi selanjutnya.
—
Kobe Mosque – Sudah pukul 2 siang, sudah masuk waktu shalat Dzuhur, telat malah yaa, hehe. Shalat dimana? Kalau lagi di Kobe tidak usah bingung, karena Kobe punya masjid. Untuk traveller muslim, menurut saya Kobe Mosque adalah destinasi wajib. Selain untuk shalat, keindahan arsitektur Kobe Mosque bisa memanjakan mata. Mungkin ditambah perasaan ‘wah, ada masjid di Jepang’ juga, hehe. Wisatawan non muslim pun berdatangan untuk melihat arsitektur masjid. Masjid Kobe ini merupakan masjid pertama di Jepang, dan jadi salah satu bangunan yang tidak hancur waktu diguncang gempa dahsyat 1995.






Jika destinasi-destinasi sebelumnya dicapai dengan berjalan kaki, untuk menuju ke masjid Kobe ini kami naik City Loop Bus karena jaraknya yang cukup jauh. Tiket sekali naik City Loop Bus adalah 260 yen. Atau jika berminat seharian berkeliling dari satu destinasi ke destinasi lain menggunakan City Loop Bus, bisa membeli pass dengan harga 600 yen. Kami naik dari bus stop Nankinmachi dan turun di bus stop Sannomiya Station, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki.

Niat kami hanya sebentar di masjid Kobe, tapi ternyata kami betah lama-lama disini, sambil ngadem, mengistirahatkan kaki dan charge HP, haha. Pukul 4 kami baru keluar masjid, perut sudah nge-rock minta diisi. Yap, seharian kami belum makan. Di sekitar masjid Kobe ada banyak tempat makan halal. Kami memutuskan untuk makan di restoran Turki.
Sebenarnya rencana awal, kami berniat mengunjungi Kitano Ijinkan, daerah yang berisi rumah-rumah ala Barat, ada England House, France House, dan lain sebagainya. Tapi karena waktu yang tidak memungkinkan, kami putuskan langsung ke destinasi berikutnya, Mount Maya.
—
Mount Maya (Kikusedai) – Niat awal kami ingin melihat sunset di Kikusedai, gunung Maya. Tapi apa daya, kami baru sampai gunung Maya sekitar jam 7 malam, setelah matahari terbenam. Pemandangan malam lampu kota Kobe dari Kikusedai dinobatkan sebagai salah satu dari 3 terbaik pemandangan malam di Jepang, dan mendapat julukan 10 million dollar night-view. Maka pantaslah kami ingin kesana, haha.
Untuk mencapai Kikusedai, kami naik bis nomor 18 dari Shin Kobe Station menuju Maya Cable Station. Dari Maya Cable Station ini kami naik cable car sampai stasiun Niji no Eki, lalu dilanjutkan dengan kereta gantung sampai stasiun Hoshi no Eki. Ongkos pulang pergi Maya Cable Station – Kikusedai untuk satu orang dewasa dibanderol dengan harga 1540 yen. Untuk turis asing yang memiliki Kobe Welcome Coupon (baca di postingan saya yang lain, di sini), cukup tunjukkan kuponnya, langsung dapat diskon 20%, lumayan kan, hehe. Info lengkap mengenai harga dan jam operasional dapat dilihat di sini. Sebelum naik menuju Kikusedai, pastikan jam operasional bis untuk pulang masih ada, jadwal bis dapat dilihat di bus stop Maya Cable Station, karena setau saya Maya Cable Station paling dekat hanya bisa dijangkau oleh bis.

Dan sampailah kami di Kikusedai. Mungkin kalau yang tinggal di Bandung sudah tidak aneh dengan pemandangan lampu kota, bisa diliat dari Caringin Tilu atau Bukit Bintang. Hanya menurut saya, uniknya Kikusedai ini, batas lampu kota bukan dengan gunung, tapi dengan laut!

—
Kikusedai menjadi penutup perjalan kami di Kobe. Menurut saya Kobe sangat worth it sekali untuk dikunjungi, apalagi buat traveller yang suka laut, hehe. Untuk agan-agan yang ada rencana ke Kobe, boleh tuh tambahin Kitano Ijinkan sebagai salah satu destinasi. Dan satu lagi, cobalah Kobe beef, daging kualitas super khas Kobe, yang pastinya harganya lumayan nguras kantong, haha. Salam, keep traveling!
One thought on “Sehari di Kobe”