Senja Menuju Malam di Kyoto

Kyoto, sebuah kota di area Kansai yang begitu menjunjung tinggi nilai kebudayaan Jepang, diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi, tidak tergerus oleh kemajuan zaman. Kota dengan seribu kuil dan seribu pesonanya. Rasanya kurang lengkap ke Jepang tanpa menginjakkan kaki di Kyoto.

Siang menuju sore hari itu kami (saya dan sahabat) bergegas menuju stasiun Kintetsu-Nara dengan menggunakan Nara Kotsu Bus. Walaupun belum puas menjelajah Nara, kami harus mengucapkan sampai jumpa pada kota seribu rusa itu. Perjalanan kami lanjutkan dengan kereta Kintetsu dari stasiun Kintetsu-Nara menuju Kintetsu-Tambabashi, dan dilanjutkan dari stasiun Tambabashi sampai stasiun Kiyomizu-Gojo. Dari stasiun Kiyomizu-Gojo, kami berjalan kaki menuju kuil Kiyomizu-dera.

Kiyomizu-dera Temple – Perjalanan dari stasiun menuju kuil Kiyomizu-dera cukup melelahkan. Kuil Kiyomizu-dera berada di atas gunung Otowa, jadi jalannya jelas menanjak. Di sepanjang jalan banyak toko-toko makanan dan souvenir khas Jepang. Walaupun kami tidak membeli apapun karena harganya relatif mahal, tapi mata cukup dimanjakan karena barang dan makanan yang ditawarkan menarik untuk dilihat. Kami berjalan ketika matahari sudah siap kembali ke peraduannya, mayoritas turis sudah berjalan turun, hanya kami dan beberapa turis lain yang masih bertekad naik pada jam itu. Pukul setengah 6 sore akhirnya kami tiba di kuil Kiyomizu-dera, dan kabar buruknya, kuil sudah mau tutup. Tapi it’s ok, kita nikmati saja waktu yang tersisa.. ๐Ÿ˜๐Ÿ˜

20180508_180038

Pertama tiba, kami disambut oleh gerbang utama kuil (Nio-mon). Gerbang ini pernah terbakar saat terjadi perang sipil (1467-1477), dan direkonstruksi ulang pada awal abad ke-16. Gerbang dengan lebar 10 meter dan tinggi 14 meter ini sukses membuat pengunjung melupakan rasa lelah akibat jalan menanjak.

IMG_20180508_173919

Setelah melewati gerbang utama, terlihat gerbang lainnya, yang disebut Sai-mon atau gerbang barat. Di belakang gerbang ini terdapat sebuah pagoda bernama Sanjunoto. Banyak yang bilang, pemandangan sunset dari sini sangat indah, sayang ketika kami ke sana cuaca sedang gerimis, tapi pemandangannya tetap indah kok.

Berjalan lebih ke dalam sedikit lagi, ada aula Zuigu-do. Namun sayang karena sudah waktunya tutup, kami tidak sempat menjelajah lebih ke dalam lagi. Padahal saya sangat ingin melihat aula utama kuil, dan juga air terjun Otowa. Air terjun ini terbagi menjadi 3 aliran, dan dipercaya dapat menyucikan indra keenam serta dapat membuat harapan menjadi nyata.

20180508_174346

Selesai mengunjungi kuil Kiyomizu-dera, kami berjalan menuruni gunung menuju Yasaka shrine di distrik Gion. Cuaca dingin gerimis membuat perut minta diisi yang hangat-hangat. Kata pepatah, rezeki gak akan kemana, kami melewati toko penjual bakpao. Ketika kukusan dibuka, hangat uap dan wangi bakpao langsung menyeruak ke wajah kami. Kaki pun tak bisa dikontrol langsung menuntun kami ke arah toko. Saya memesan bakpao matcha dengan isi kacang merah, ini enak banget, tapi kalau kebanyakan lumayan bikin enek juga. Sahabatku memesan bakpao isi daging ayam yang tak kalah enak.

20180508_181034

Yasaka Shrine – Setelah perut cukup diganjal dengan bakpao, kami melanjutkan perjalanan menuju Yasaka shrine di distrik Gion. Yasaka shrine bisa dicapai dengan berjalan kaki dari Kiyomizu-dera. Walaupun lumayan jauh, perjalanannya tidak membosankan, jadi tidak akan terasa lelah. Saran dari saya sih, kemanapun tujuan kita, nikmati saja semua perjalanannya, walaupun jalan jauh, cuaca dingin gerimis, bahkan nyasar-nyasar pun tak apa, dibawa enjoy aja.

Pukul setengah 7 kami tiba juga di Yasaka shrine. Kuil ini buka 24 jam, jadi tidak perlu khawatir diusir penjaga kuil seperti kami di Kiyomizu-dera. Pertama tiba, seperti biasa kami disambut dengan gerbang utama kuil (gerbang vermilion). Warna gerbang yang kontras dengan lingkungannya menjadikan gerbang ini begitu eye catching, apalagi kami tiba saat hari mulai gelap, semakin kontras saja, dan indah pastinya.

IMG_20180508_183312

Pertama memasuki gerbang, saya mendapat kesan seolah terlempar ke dunianya Chihiro dan Haku di film animasi Spirited Away garapan Studio Ghibli, saya suka. Tidak jauh dari gerbang utama terdapat aula utama (honden). Di depan aula utama ini terdapat altar untuk berdoa. Orang-orang yang mau berdoa membunyikan lonceng besar terlebih dahulu. Konon lonceng ini adalah pertanda agar keberadaan mereka diketahui para dewa.

IMG_20180508_185335_HHT

Di tengah lapangan tak jauh dari aula utama terdapat panggung dengan banyak sekali lentera. Karena kami tiba saat gelap, lentera-lentara ini pun dinyalakan, cantik sekali. Panggung ini digunakan untuk pertunjukkan budaya sepanjang tahun, yang biasanya dipersembahkan oleh para geisha dari distrik-distrik sekitar.

20180508_184331

Masuk ke dalam lagi, terdapat Utsukushii Gozen-sha. Utsukushii berarti cantik, Gozen berarti perempuan, sha berarti sebuah kuil. Dari arti per kata nampak jelas maksudnya ya. Orang-orang berdoa untuk menjadi lebih cantik di kuil ini, tidak hanya kecantikan fisik, namun juga kecantikan hati. Utsukushii Gozen-sha merupakan sub kuil di dalam Yasaka shrine. Selain sub kuil ini, masih banyak lagi sub kuil lain dengan tujuan berdoa yang berbeda-beda. Mungkin jika bisa dikatakan, Yasaka shrine merupakan sebuah komplek kuil.

20180508_185222

Sudah pukul 7 malam, ternyata cuma setengah jam kami di Yasaka shrine, tapi kami cukup puas berkeliling di sana. Berhubung apartemen kami di Osaka, dan jarak Kyoto-Osaka yang lumayan jauh, kami harus buru-buru pulang agar tidak tertinggal kereta, terlebih kami harus mampir dulu di salah satu stasiun dekat Nara untuk bertemu seorang teman. Sayang kami tidak sempat mengunjungi Gion (Yasaka shrine di Gion sih, tapi karena di perbatasan dengan distrik Higashiyama, jadi anggap saja belum ke Gion ๐Ÿ˜).

Kalau dihitung-hitung, cuma 2 jam kami di Kyoto hari itu. Sejujurnya saya belum puas, karena banyak tempat yang hanya bisa kami lihat ‘kulitnya’ saja, mungkin karena kami serakah juga banyak destinasi yang ingin kami sambangi dengan waktu yang sangat singkat, hehe. Tapi yang pasti, saya sangat menikmati perjalanan senja menuju malam di Kyoto hari itu.

Published by dwitunggadewi

Software developer, blogger, travel enthusiast

One thought on “Senja Menuju Malam di Kyoto

Leave a comment