Sembilan Jam di Tokyo

Walaupun tujuan utama saya dan sahabat ke Jepang adalah untuk menjelajah area Kansai, tapi karena kami tidak dapat tiket langsung ke Kansai International Airport (KIX), akhirnya kami mendarat di bandara Haneda, Tokyo.

“Nanggung Sis kalau kita ke Haneda tapi gak explore Tokyo dulu”, kataku.

Saya yakin pasti banyak yang berpikiran seperti saya. Yap, dengan ongkos Tokyo – Osaka yang menurut saya relatif mahal, rasanya sayang kalau kami hanya ‘lewat’ saja di kota metropolitan terpadat di dunia itu. Kami pun memutuskan untuk tinggal semalam di Tokyo sebelum melanjutkan perjalanan ke Osaka.

Kami mendarat di Haneda sekitar jam 7 pagi. Setelah melewati proses imigrasi, ambil koper, dan sedikit touch up (semalaman kami di pesawat, rasanya tidak pede kalau langsung keluyuran ๐Ÿ˜€ ), sekitar jam 9 pagi kami langsung menuju penginapan Airbnb kami di daerah Edogawa, beristirahat sebentar sekalian simpan koper dan menyusun itinerary hari itu.  Kami pun mengobrol dengan host kami, dan dia menyarankan kami mengunjungi museum sumo Ryogoku Kokugikan.

Sekitar jam 1 siang kami berangkat sesuai arahan host kami menuju destinasi pertama, yakni museum sumo Ryogoku Kokugikan. Kami naik kereta JR dari stasiun Koiwa dan turun di stasiun Ryogoku, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki. Di museum ini banyak koleksi pakaian yang digunakan oleh pesumo-pesumo terkenal, koleksi buku-buku, dan lain sebagainya, namun kami tidak diperbolehkan mengabadikannya. Selain koleksi-koleksi tersebut, di dalam museum juga terdapat televisi yang memutar pertandingan sumo. Museumnya tidak terlalu besar, tidak dikenakan biaya masuk alias gratis.

Setelah cukup melihat-lihat koleksi ‘persumoan’, kami melanjutkan perjalanan menuju Akihabara. Kami naik kereta dari stasiun Ryogoku lagi, tapi dari pintu yang berbeda dengan ketika kami datang. Mungkin sumo menjadi ikonnya Ryogoku, hingga stasiunnya pun unik, diberi sentuhan dekorasi ‘berbau’ sumo.

20180503_15201920180503_151932

Tak salah jika Akihabara disebut sebagai surganya otaku. Segala tentang manga dan anime ada di sini. Banyak juga tempat bermain claw machine, yang hadiahnya pun tak jauh dari action figure tokoh-tokoh anime. Bagi penggemar maid cafe pun tak usah khawatir, tak sulit menemukannya di sini, walaupun kami tidak masuk, hanya lewat saja, mungkin lain kali.. ๐Ÿ˜€

IMG_20180503_160801

Selain manga dan anime, Akihabara juga bisa disebut surganya elektronik, karena banyaknya pertokoan elektronik tersebar di distrik ini. Kami sendiri tak menyempatkan masuk ke toko elektronik. Tapi kami terjebak di toko oleh-oleh. Awalnya kami hanya mau lihat-lihat, eeh mbak penjaga tokonya menyodorkan keranjang kepada kami. Kami pun gelap mata dan belanja banyak oleh-oleh di sana.

Keluar dari toko oleh-oleh, kami pusing karena belum makan seharian. Tanpa basa-basi kami segera cari makan, dan memutuskan pilihan membeli makanan di konbini. Konbini adalah toserba nya Jepang. Sebelas dua belas sama Ind***ret gitu. Kami membeli paket nasi ikan salmon, tak lupa dihangatkan dulu menggunakan microwave, rasanya nikmat sekali. Udara yang dingin dengan angin cukup kencang mendorong kami untuk membeli minuman hangat, jadi kami membeli teh botol hangat juga di konbini.

Setelah cukup kenyang, kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi wajib kami di Tokyo, tak lain dan tak bukan adalah Shibuya crossing. Penyebrangan jalan yang kerap wara-wiri di banyak film ini benar-benar hidup. Ketika lampu penyebrang jalan berubah hijau, orang-orang berhamburan seperti semut berburu gula. Untuk yang pertama kali ke sini seperti saya, merasakan sensasi berada di dalam kerumunan orang menyebrang jalan saja bikin ketagihan. Kami pun bolak-balik menyebrang jalan yang sama hanya untuk merasakan sensasinya.. ๐Ÿ˜€

IMG_20180503_192257

Better to see something once than hear about it a thousand times

Tak jauh dari Shibuya crossing terdapat patung Hachiko, anjing setia yang terus menunggu majikannya walaupun sang majikan telah tiada. Kami malas berfoto di sana karena dipenuhi orang-orang, alhasil kami hanya lewat saja, merekam dalam ingatan.

Puas bolak-balik menyebrang di Shibuya crossing, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi terakhir yakni Sensoji temple di Asakusa. Kami tidak masuk ke dalam kuilnya, hanya penasaran dengan ‘balon gede’ kalau kata sahabat saya. Yang dimaksud ‘balon gede’ itu adalah lentera besar di pintu masuk kuil (Kaminarimon). Karena kami tiba saat malam, jam 9 malam kalau tidak salah, lampu-lampu dinyalakan sehingga gerbang yang berwarna merah terlihat kontras dengan langit malam. Dari gerbang menuju kuil, pengunjung berjalan melewati Nakamise, jalan perbelanjaan sepanjang kurang lebih 200 meter. Tokonya sudah pada tutup ketika kami tiba, maklum pengunjung-pengunjung terakhir. Selesai berfoto dengan ‘balon gede’, kami langsung berjalan cepat menuju stasiun untuk pulang ke rumah host di Edogawa, dag dig dug takut tertinggal kereta terakhir, untung kami tiba di stasiun tepat waktu.

IMG_20180503_212502IMG_20180503_213730_HHT

Berakhir sudah sembilan jam perjalanan kami menjelajah Tokyo hari itu. Walaupun bukan agenda utama kami menjelajah Tokyo, tapi kami sangat puas berkesempatan mengunjungi Ryogoku Kokugikan, Akihabara, Shibuya, dan Asakusa (Sensoji Temple).

Keesokan paginya kami berpamitan pada host kami untuk melanjutkan perjalanan menuju Osaka. Kami berjalan kaki dari rumah host menuju stasiun Keisei Edogawa. Di tengah perjalanan, kami disuguhkan pemandangan ala-ala film Jepang, di mana ada sungai, dan di pinggirnya terdapat rerumputan. Jadi terbayang anime Danshi Koukousei no Nichijou, adegan pertemuan kocak antara Hidenori dan Yassan, walaupun tempatnya tak persis sama. Andai kami tak sedang buru-buru, ingin rasanya menikmati pemandangan itu lebih lama.

20180504_084045

Kami yang buta kanji, tanpa internet (kartu internet kami baru diaktifkan keesokan harinya), belum tahu apa-apa, bahkan cara untuk top up saldo Suica pun tak tahu, benar-benar harus berjuang extra untuk bertahan di Tokyo hari itu. Untungnya host kami baik sekali, dia memberi petunjuk lengkap mengenai destinasi-destinasi yang ingin kami kunjungi, dan bahkan menggambarkan kami peta dari rumahnya menuju stasiun terdekat. Thanks to Junsei, kami selamat sentosa tidak nyasar-nyasar.. ๐Ÿ˜€

Published by dwitunggadewi

Software developer, blogger, travel enthusiast

Leave a comment