Camping Keluarga di Ranca Upas (Era New Normal)

Kenapa camping di Ranca Upas, Ciwidey? Apa saja yang bisa dilakukan di sana? Apa saja barang yang perlu dibawa? Berapa biaya yang diperlukan?

Sudah berbulan-bulan lamanya kita dituntut untuk #dirumahaja. Sekarang di saat sudah memasuki era kebiasaan baru atau yang lebih dikenal dengan istilah new normal, aku dan keluarga Alhamdulillah diberi kesempatan untuk menghirup udara segar pegunungan lagi, menyaksikan tarian yang dibawakan oleh pepohonan, dan menikmati nyanyian yang dipersembahkan oleh burung dan jangkrik.


Kenapa camping di Ranca Upas?

Berkemah atau camping menjadi alternatif wisata bagi banyak orang di era new normal ini, termasuk aku dan keluarga. Kenapa? Yap, karena kita berada di area terbuka yang notabene penularan virus C – nya tidak seriskan di ruangan tertutup. Di saat bersamaan kita bisa menikmati alam namun tetap menjaga jarak dengan orang lain. Dengan catatan penting, tetap patuhi protokol kesehatan yaa. Lalu kenapa di Ranca Upas? Ranca Upas adalah bumi perkemahan yang menurutku memang ditujukan untuk camping keluarga. Medannya datar, luas, dan tidak berbatu. Ada toilet dan mushola tak jauh dari camping ground, warung-warung yang menjual makanan hingga kayu bakar pun banyak. Selain itu, banyak kegiatan yang bisa dilakukan terutama oleh anak-anak. Menjadikan Ranca Upas sebagai tujuan favorit wisata keluarga.

Apa saja kegiatan yang dapat dilakukan di Ranca Upas?

Tujuan utama aku dan keluargaku mengunjungi Ranca Upas adalah untuk camping atau berkemah tentunya. Walaupun banyak yang baru tiba setelah hari mulai gelap, namun aku sarankan datang dari siang menuju sore hari, agar dapat menyaksikan hangatnya matahari terbenam, terlebih lagi di waktu tersebut masih banyak tempat kosong untuk mendirikan tenda, sehingga kita bisa memilih tempat terbaik, bukan hanya mendapatkan tempat ‘sisa’.

Aku berangkat duluan bersama suamiku, kakakku, dan keponakanku. Kami tiba sekitar pukul 14.30 WIB. Segera setalah tiba, kami mengamankan tempat terlebih dahulu dengan mendirikan tiga tenda. Dari pintu masuk camping ground, kami masuk terus ke arah utara. Hampir di ujung memang, namun tidak terlalu ujung karena kami ingin melihat matahari terbenam juga matahari terbit, sehingga kami harus memilih tempat yang dapat melihat keduanya tanpa terhalang oleh pohon ataupun semak belukar. Di area camping ground ini mayoritas adalah rombongan keluarga, bahkan tak jauh dari tenda kami ada rombongan keluarga besar yang mendirikan hingga 10 tenda! Di area ini cenderung berisik, sehingga tidak cocok untuk orang-orang yang camping dengan tujuan mencari ketenangan. Jika itu tujuannya, berjalanlah sedikit ke arah barat melewati jalan setapak. Area ini lebih sunyi dibandingkan dengan area kami, lebih ‘hutan’ juga tentunya, dan lebih menimbulkan kesan ‘alam liar’.

Setelah tenda berdiri, sisa rombongan keluargaku datang, tak banyak memang, hanya ibu, bapak, adik, dan tiga orang sepupuku. Ketika cahaya matahari kian memudar, saatnya menikmati momen-momen andalan camping bersama keluarga, seperti meminum secangkir teh panas, makan bersama atau orang Sunda bilang ‘botram‘, bermain dan bercengkrama sambil menghangatkan diri di depan api unggun, bakar jagung mungkin, atau hanya sekedar tiduran beralaskan tanah dan beratapkan langit sambil menikmati kelip bintang, mengagumi ciptaan-Nya.

Habis gelap terbitlah terang, jangan bangun terlambat! Sang surya menyapa, meminta kita menjadi saksi keagungannya, seketika seluruh perhatian di camping ground tertuju padanya. Langit mulai berwarna jingga sekitar pukul 05.15 WIB pagi itu, meninggalkan gulita di belakang. Indah!

Pukul 09.00 WIB kami mulai membereskan tenda kami, hari mulai panas, tiduran di tenda pun rasanya mulai tidak nyaman. Karena area camping ground hanya tanah lapang tanpa ada pohon, cahaya matahari langsung mengenai tenda memang, tidak ada tempat berteduh. Selesai beres-beres kami segera masukkan barang-barang kami ke dalam mobil di tempat parkir. Belum ke Ranca Upas kalau belum melihat rusa di sana. Yap, setahuku Ranca Upas dulu lebih dikenal sebagai area penangkaran rusa. Dari tempat parkir kami berjalan sedikit ke area penangkaran rusa. Untuk memasuki penangkaran rusa kita tidak dikenakan biaya tambahan, sudah termasuk di dalam tiket masuk yang dibayarkan di pintu masuk.

Beberapa rusa agresif jika melihat makanan mereka, jadi hati-hati jika sedang memegang makanan mereka!

Rusa-rusa di sini jinak, namun beberapa rusa agresif jika melihat makanan mereka, jadi hati-hati jika sedang memegang makanan mereka! Kita bisa membeli wortel dan kangkung untuk makanan rusa di pintu masuk penangkaran, dan tidak diperkenankan membawa sendiri makanan rusa dari luar. Jadi kalau ingin memberi makan rusa, yaa harus beli di sana 🙂

Sebenarnya masih banyak hal yang dapat dilakukan di Ranca Upas. Contohnya ada kolam renangnya, aku kurang tahu apakah ini kolam renang biasa atau kolam renang air panas, lalu kalau tidak salah ada tempat outbond juga, dan lain sebagainya. Aku kurang tahu lengkapnya karena memang tujuan kami ke Ranca Upas hanya untuk camping saja, dan tambahan melihat rusa di penangkaran 😀

Apa saja barang yang harus dibawa?

Tergantung niatnya mengunjungi Ranca Upas apa. Kalau sekedar untuk mengunjungi penangkaran rusanya saja (tidak bermalam), cukup bawa diri saja (dan uang tentunya 😀 ). Tapi kalau niatnya memang untuk camping, tentunya harus mempersiapkan alat-alat camping yaa.

Tenda, matras, sleeping bag (ini sangat aku sarankan karena di sana dingin, anginnya pun kencang), jaket, sarung tangan, kaos kaki, kompor, alat masak (jika berniat masak, walaupun hanya sekedar masak air 😀 ), lampu, dan lain sebagainya yang sekiranya diperlukan. Jangan lupa juga membawa air, karena tema camping kami adalah camping ceria bersama keluarga, jadi kami membawa air minum satu galon. Tidak perlu membawa kayu bakar karena di sana banyak yang jual. Walaupun kami tetap bawa kayu bakar karena kebetulan belum lama bapak baru saja memotong batang pohon mangga di depan rumahku 😀

Kalau tidak punya peralatannya gimana? Di Ranca Upas sendiri sebenarnya kita bisa sewa alat-alat camping. Contohnya tenda, bisa kita sewa sekaligus dipasangkan oleh pihak pengelola. Namun karena harganya yang relatif lebih mahal, kami lebih memilih membawa sendiri perlengkapan camping kami. Kebetulan suamiku hobi mengoleksi barang-barang outdoor dari dulu, jadi alat outdoor-nya cukup lengkap, tenda, sleeping bag, dan beberapa barang lain kami ada.

Kalau tidak punya peralatannya tapi ingin harga yang lebih murah gimana? Nahh ini bukan endorse ya, tapi karena memang pelayanannya sangat bagus, aku mau merekomendasikan tempat sewa alat-alat outdoor di Bandung. Namanya Samara Outdoor. Adminnya ramah dan responsif. Alat-alatnya cukup lengkap dan bagus, dari brand outdoor yang dikenal oleh banyak orang, harganya pun menurutku termasuk murah. Poin lebihnya lagi, untuk area Bandung, Cimahi, Padalarang, dan sekitarnya, barang-barang sewaannya bisa diantar dan dijemput lagi setelah selesai, dengan ongkos tambahan sesuai jarak tentunya. Rejeki gak kemana, kebetulan ketika kami sewa, Samara Outdoor sedang mengadakan event ulang tahun yang pertama, sehingga ada potongan harga 10%, dengan syarat dan ketentuan berlaku. Bagi yang berminat sewa alat outdoor di Bandung bisa langsung cek Instagramnya @samara_outdoorgear, atau website https://samaraoutdoor.com/.

Berapa biaya yang diperlukan?

Biasanya yang pertama kali muncul di benak seseorang ketika akan berlibur adalah berapa biaya yang diperlukan? Berikut saya rangkum biaya yang kami keluarkan untuk camping keluarga di Ranca Upas semalam untuk sepuluh orang (semua dalam rupiah):

1. Tiket masuk
  • Wisnu (per orang): 20.000
  • Camping (per orang): 10.000
  • Roda 2: 5.000
  • Roda 2 inap: 7.000
  • Roda 4: 10.000
  • Roda 4 inap: 15.000

Sejujurnya aku kurang paham istilah wisnu, mungkin maksudnya biaya masuk umum ya. Aku pun kurang paham dengan perhitungan biaya masuk kendaraan di sini. Ada yang biasa dan ada yang inap, kenapa tidak disatukan saja ya? Misal kalau hanya kunjungan sehari biaya masuk motor adalah 5.000 rupiah, sedangkan kalau camping (inap) biayanya adalah 10.000 rupiah, tak perlu dipisah-pisah, kan jadi sangat terasa ‘dibisniskan’ 😀 . Total biaya tiket masuk (ditagih di pintu masuk) untuk satu motor dengan dua penumpang adalah 72.000 rupiah, sedangkan untuk satu mobil dengan empat penumpang adalah 145.000 rupiah.

2. Parkir dan penitipan helm
  • Parkir roda 2: 5.000
  • Penitipan helm (per helm): 2.500

Sebenarnya ini yang paling aku bingungkan. Jadi setelah di pintu masuk dikenakan biaya kendaraan masuk yang menurutku perhitungannya rancu alias aneh, di dalam pun ditagih lagi biaya parkir. Mungkin di pintu masuk itu hanya biaya masuk kendaraan sedangkan yang di dalam itu biaya parkir ya, aku kurang paham. Biaya parkir ini ditagih secara resmi oleh pengelola berseragam, bukan oleh preman lokal. Total dua motor dan empat helm yang kutitipkan adalah 20.000 rupiah. Jadi kalau ditotal dari tiket masuk, untuk biaya parkir satu motor adalah 17.000 rupiah.

Sedangkan untuk roda 4, tidak dikenakan biaya parkir tambahan, namun kata adikku, ditagih uang kebersihan yang nominalnya bebas tidak ditetapkan.

3. Sewa alat outdoor
  • Tenda Consina Magnum 5: 55.000
  • Tenda Consina Magnum 4: 50.000
  • Tenda Arei Eliot: 40.000
  • Sleeping bag: 60.000 (8 x @7.500)
  • Matras: 20.000 (5 x @4.000)
  • Lampu tenda: 5.000
  • Matras alumunium: 7.500
  • Flysheet Arei 3×3 m: 10.000
  • Kompor: 10.000
  • Dhaulagiri cooking set + teko: 10.000

Sebagian alat kami sudah punya, jadi untuk bersepuluh kami menyewa alat-alat di atas.

4. Tambahan
  • Kayu bakar: 75.000 (5 ikat x @15.000)
  • Minyak tanah: 20.000 (2 botol x @10.000)
  • Jagung: 20.000 (3 buah)
  • Makanan rusa: 20.000 (2 ikat wortel)

Kayu bakar dan minyak tanah sudah tersedia memang di sana, jadi tidak perlu repot bawa dari rumah. Jagung mentah pun banyak yang jual, walaupun tentu harganya lebih mahal daripada beli di pasar dekat rumah. Sedangkan untuk makanan rusa, bisa membeli wortel atau kangkung di depan pintu masuk penangkaran. Wortel satu ikat dibanderol dengan harga 10.000 rupiah, sedangkan kangkung 5.000 rupiah.


Kalau ada pertanyaan, bagaimana kondisi Ranca Upas di era new normal ini? Ramai! Di pintu masuk tidak ada pemeriksaan suhu tubuh. Keran air untuk cuci tangan cukup banyak, seperti di penangkaran rusanya, sebelum masuk ada keran cuci tangan, di dalam pun ada, pun ketika keluar penangkaran juga ada keran cuci tangan. Namun di camping ground tidak ada ya, dan menurutku tidak perlu juga, lagipula ada toilet yang cukup bersih, dan aneh juga ada keran cuci tangan di tempat camping 😀

Yang pasti, jaga diri sendiri dan keluarga. Pakai masker di area yang bertemu banyak orang, seperti di toilet umum atau di area penangkaran rusa. Bawa hand sanitizer kalau memang tidak memungkinkan untuk sering-sering cuci tangan. Dan sebisa mungkin jaga jarak dengan orang lain. Karena kalau diperhatikan, masih banyak yang tidak menggunakan masker di area dengan banyak orang.

Published by dwitunggadewi

Software developer, blogger, travel enthusiast

2 thoughts on “Camping Keluarga di Ranca Upas (Era New Normal)

Leave a comment