Puasa Saat Pandemi, Siapa Takut?

Rasanya puasa saat pandemi itu kayak nano-nano. Manis, asem, asin. Tapi siapa takut?

Sejujurnya aku tak pernah menyangka kita akan menghadapi situasi yang tak memperbolehkan kita untuk bersosialisasi secara langsung.

Harus memakai masker padahal sejatinya kita harus menghirup udara segar. Tak boleh berkerumun padahal sejatinya kita manusia harus bersosialisasi. Ya, aku paham, kalau bersosialisasi lewat dunia maya pun adalah suatu bentuk sosialisasi. Tapi itu beda. Benar kan? Seperti membaca buku, walaupun sudah ada e-book, tetap saja membaca buku hardcopy tidak kehilangan daya tariknya. Buatku tetap di hati.

Kita hidup layaknya dalam film. Pandemi yang selama ini hanya kita tonton dalam film, sekarang kita jadi pemainnya. Ahh, aku tak pernah membayangkannya.

Dan sedikit banyak, pandemi pun berpengaruh pada puasa Ramadan. Bukan pada puasanya, tapi lebih kepada tradisinya.

Yang biasanya tarawih bersama di masjid, kali ini harus masing-masing di rumah. Yang biasanya buka bersama kawan, kali ini harus ditahan. Bahkan hingga lebaran. Yang biasanya salat Ied bersama, kali ini harus di rumah. Hingga mudik pun dilarang. Dilema. Di satu sisi kita ingin melaksanakan tradisi puasa seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi di sisi lain kita harus menjaga. Jaga diri sendiri, jaga keluarga, dan jaga orang lain. Saling jaga.

Begitulah. Tapi biar pandemi, Ramadan tetap tak kehilangan maknanya. Bahkan sebenarnya kalau kita mau lihat dari sisi yang berbeda, dari kaca mata yang lain, pandemi pun memiliki hikmahnya.

Yang biasanya tak pernah berkumpul dengan keluarga karena terlalu sibuk bekerja, kali ini ‘dipaksa’ bercengkrama. Yang biasanya lebih memilih berkumpul bersama kawan, kali ini ‘dipaksa’ berkumpul bersama keluarga.

Satu lagi, kita jadi sadar betapa nikmatnya sesuatu setelah itu dicabut, betul? Kita jadi lebih sadar apa yang kita miliki setelah itu hilang. Sama seperti pandemi ini. Kita jadi lebih sadar betapa nikmatnya udara segar setelah harus pakai masker. Kita jadi sadar betapa nikmatnya berkumpul dengan orang-orang tersayang setelah tak boleh bertandang. Dan masih banyak lagi nikmat lainnya.

Intinya syukur. Alhamdulillah kita masih bisa hidup hingga detik ini. Alhamdulillah masih bisa merasakan nikmatnya puasa meski di saat pandemi ini. Alhamdulillah masih dipertemukan dengan Ramadan tahun ini. Semoga tahun-tahun berikutnya bumi kita lebih baik lagi 🙂

Published by dwitunggadewi

Software developer, blogger, travel enthusiast

Leave a comment