Puasa bukan alasan untuk bermalas-malasan, setuju?
Aku bukanlah seorang penggemar olahraga. Tapi yaa bukan yang males-males banget juga untuk bergerak. Sejak di SMK, fisikku memang sering dilatih. Seminggu dua kali aku berolahraga lari dari ekstrakulikuler yang kuikuti. Dalam momen tertentu bahkan setiap hari lari. Di kampus pun begitu. Di tahun pertama fisikku cukup terlatih karena harus mengikuti orientasi mahasiswa baru yang bikin capek lantaran banyak aktivitas fisiknya. Seperti lari, push up, sit up, squat jump, dan lain sebagainya.
Namun semenjak lulus kuliah, aku jarang bergerak (olahraga), hingga rasanya bergerak sedikit saja tubuh terasa berat. Setelah dicek, ternyata memang angka di timbanganku naik, dan terasa ada lemak yang mengganjal di bagian-bagian tubuh tertentu. Yang membuat paling tak nyaman adalah nafas yang terasa pendek. Naik tangga saja langsung hah heh hoh nafasku hehe.
Tak ingin berlama-lama dalam kondisi itu, aku pun mulai melatih fisikku lagi. Sejak awal tahun 2020 aku mulai berolahraga lagi. Lari sedikit-sedikit di dalam komplek, main skipping alias lompat tali, dan gerakan olah raga lainnya seperti push up dan sit up. Dan setiap ada kesempatan, untuk menuju suatu tempat aku usahakan untuk berjalan kaki, tak melulu menggunakan kendaraan.
Lalu di awal tahun 2021, aku mulai berolahraga menggunakan sebuah aplikasi smart phone bawaan Samsung. Ya, pengguna smart phone ini aku yakin tahu. Samsung Health.

Banyak course atau program fitness yang dapat dilaksanakan kapanpun dimanapun dengan bantuan aplikasi ini. Mulai dari fitness khusus perempuan, fitness untuk mengurangi berat badan, untuk membangun otot, berlatih keseimbangan, hingga ketahanan. Bahkan ada tantangan lari bagi yang gemar olahraga lari.
Saat tak puasa, aku memilih course dengan kategori weight loss untuk mengurangi berat badan, dan olahraga kardio untuk ketahanan fisik. Karena memang kedua kategori ini yang ingin kulatih. Aku tak mau di usiaku yang masih muda, tapi sudah kelabakan tak sanggup bergerak aktif.
Pun saat puasa. Fisik tetap harus bergerak. Hanya saja intensitas dikurangi. Maklum, tak ada asupan makanan dan minuman selama tiga belas jam lebih. Sedangkan cairan tubuh dikeluarkan lewat keringat saat berolahraga. Bisa-bisa dehidrasi kalau terlalu dipaksa berolahraga.
Kalau aku, untuk menyiasatinya, selama puasa aku memilih untuk berolahraga di malam hari, yakni seusai salat tarawih, dengan bantuan Samsung Health. Jadi bisa berolahraga di rumah. Dan aku tak mau terlalu memforsir tubuhku. Jadi saat puasa aku lebih memilih course ringan seperti stretching atau peregangan saja. Yang penting tubuh tetap bergerak. Lalu kalau bosan olah raga di rumah, aku suka main bulu tangkis bersama suamiku di halaman rumah saudara kami. Sambil menyelam minum air. Sambil olahraga, sambil silaturahmi. Ya, semuanya kulakukan malam hari seusai salat tarawih.
Sebenarnya aku merasa tidak memiliki kapabilitas memberi saran tentang olahraga. Tapi sejauh ini aku merasa tubuhku enak karena digerakkan, dan tidak ada efek samping dari olahraga yang kulakukan. Mungkin kalau teman-teman mau bisa dicoba. Pokoknya untukku, usahakan tetap bergerak walau saat puasa. Yuk semangat!