Daftar Isi
- Preambul
- Itinerary Perjalanan ke Jepang
- Tips Menyusun Itinerary
- Tentang Destinasi Impian
- Traveling Cara Aku
- Last But Not Least
Preambul
Di ruang tunggu bandara, secarik kertas pernyataan dibagikan kepada penumpang ketika akan naik pesawat. Kertas itu dibagikan oleh seorang perempuan berpostur tinggi semampai. Dengan anggunnya, dia memberikan pengumuman dalam bahasa Jepang. Pertama kali mendengar perempuan itu berbicara, hatiku ingin berteriak, lantaran antusias sekaligus tak percaya. Hari itu, saat itu, aku akan pergi ke Jepang!
2011
Ketika sedang mengikuti masa orientasi jurusan di kampusku dulu, seorang dosen meminta kami mengeluarkan secarik kertas dan menuliskan impian kami di kertas tersebut.
INGIN MERASAKAN 4 MUSIM DI JEPANG
Persis seperti itulah yang kutulis, dengan huruf kapital semua. Ya, pergi ke Jepang adalah salah satu impian terbesarku.
Dosen itu tertarik dengan impianku, dan beliau meyakinkanku bahwa aku bisa mewujudkannya.
2017
“Kamu harus pergi ke Jepang Sas. Japan will totally amaze you“, ungkap seorang kawan seperjuangan satu ekstrakulikuler saat STM dulu.
Kata-kata itu tertanam dalam di pikiranku, hingga detik ini. Alhamdulillah aku diberi kesempatan menginjakkan kaki di negeri manga tersebut pada tahun 2018.
Kilas balik itu membuatku berpikir bahwa kata-kata itu betul memiliki kekuatan. Kekuatan untuk mengubah sesuatu hal yang mustahil menjadi berhasil, hal yang tak mungkin menjadi mungkin, dan mengubah impian menjadi kenyataan.
2018
こんにちは日本! Hi Japan! Halo Jepang!
Akhirnya, untuk pertama kalinya dalam hidupku. Jepang, aku datang!
Banyak yang bertanya, aku ke Jepang pakai jasa agen travel tidak?
Tentu saja TIDAK! Hehe…
Aku dan sahabatku pergi berdua ke Jepang tanpa pakai jasa agen travel. Kami merencanakan sendiri semua perjalanan kami. Mulai dari mencari tiket di Singapore Airlines Travel Fair (SQTF), memesan apartemen, memesan tiket Universal Studio Japan (USJ), Osaka Amazing Pass, dan tiket lainnya. Kami merencanakan sendiri semuanya.
Beruntungnya aku, sahabatku menyerahkan urusan itinerary padaku. Ya, merancang itinerary adalah satu dari sekian banyak hal tentang traveling yang kusuka. Rasanya puas saja melakukan perjalanan sesuai dengan yang kumau.
Karena traveling itu keluar dari zona nyaman, keluar dari tempat yang biasa kita tinggali, keluar dari lingkaran sosial yang biasa kita temui, dan keluar dari budaya yang biasa kita jalani, maka penting untuk melakukan semua sesuai dengan cara kita. Ya, #LifeYourWay because you only live once.
Sahabatku bilang kalau foto-fotoku selama di Jepang bagus. Wajahku semringah semua. Mungkin itu sebab tubuh, hati, dan pikiran hadir secara bersamaan. Terlebih memang karena Jepang adalah impianku 🙂
Perihal itinerary, semua diserahkan padaku. Hanya satu request-nya. Pokoknya harus ke USJ!
Itinerary Perjalanan ke Jepang

Okee, inilah itinerary kami selama 10 hari perjalanan ke Jepang. Dua hari kami habiskan di perjalanan, sementara 8 hari kami habiskan di Jepang.
Hari ke-1 (Perjalanan menuju Jepang)
Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta, transit di Changi Airport, Singapura.

Hari ke-2 (Tokyo)
- Tiba di Haneda Airport
- Museum Sumo Ryogoku Kokugikan (saran dari warga lokal)
- Akihabara
- Sensoji Temple

Hari ke-3 (Perjalanan menuju Osaka)
- Terbang dari Narita Airport ke Kansai International Airport
- Perjalanan menuju apartemen di Osaka
- Belanja di supermarket dekat apartemen
- Jalan-jalan di sekitar apartemen

Hari ke-4 (Kobe)
- Kobe Harborland
- Meriken Park
- Port of Kobe Earthquake Memorial Park
- Kobe Mosque
- Mount Maya (Kikusedai)

Hari ke-5 (Osaka)
- Nishinomaru Garden
- Osaka Castle
- Kuromon Ichiba Market
- Umeda Sky Building
- HEP FIVE Ferris Wheel
- Dotonbori

Hari ke-6 (Osaka)
- Osaka Suijyo Bus Aqua-Liner
- Osaka Museum of Housing and Living
- Tempozan Giant Ferris Wheel
- Cruise Ship Santa Maria
- Tempozan Market Place
- Dotonbori

Hari ke-7 (Nara dan sedikit Kyoto)
- Nara Park
- Todaiji Temple
- Kasuga Taisha
- Kiyomizu-dera Temple
- Yasaka Shrine

Hari ke-8 (USJ)
Universal Studio Japan

Hari ke-9 (Kyoto)
- Sagano Romatic Train
- Arashiyama Bamboo Groove
- Fushimi Inari Taisha

Hari ke-10 (Perjalanan pulang)
Terbang dari Kansai International Airport, transit di Changi Airport, lalu tiba di Bandara Soekarno Hatta.

Itinerary yang aku jabarkan di atas hanyalah itinerary kasar. Hanya sekedar gambaran destinasi yang kami tuju.
Karena perjalanan ke Jepang adalah perjalanan pertamaku keluar negeri, aku mau mempersiapkan semaksimal mungkin. Karena itu kubuat itinerary yang lebih detail, mulai dari destinasi yang dituju, bagaimana cara menuju ke sana, berapa biayanya, dan berapa lama waktunya, semua kubuat detailnya.

Tips Menyusun Itinerary
Katanya sharing is caring. Izinkan aku membagikan tips bagaimana caraku menyusun itinerary. Bukan bermaksud untuk menggurui, hanya sekedar berbagi apa yang aku alami 🙂
- Tulis semua destinasi yang ingin dikunjungi. Ya, secara harfiah, benar-benar ditulis, bukan hanya disimpan dalam istana pikiran hehe. Kalau suka yang konvensional, bisa ditulis dalam sebuah buku, atau supaya lebih mengasyikkan lagi, bikin jurnal traveling pasti seru. Tapi aku pribadi yang kesehariannya menatap layar laptop, lebih suka menulisnya di laptop atau ponselku.
- Lakukan riset tentang harga tiket, akses jalan, transportasi, dan informasi lain terkait tempat yang ingin dikunjungi. Teringat saat menyusun itinerary ke Jepang, aku kaget saat tau harga tiket USJ hampir sejuta. Sejujurnya saat itu aku merasa berat, lantaran hanya untuk masuk ke taman bermain saja harus merogoh kocek sejuta. Tapi ternyata sepadan kok. Setelah menikmati wahana-wahana di sana, aku membatin, pantas saja harganya segitu 🙂
- Lihat peta saat menyusun itinerary. Pilihlah tempat-tempat yang berdekatan dan tak berlawanan arah di hari yang sama. Misal kalau sedang liburan di Bandung, jangan pilih Lembang dan Ciwidey di hari yang sama, sebab Lembang ada di utara, sedangkan Ciwidey di selatan. Waktu akan terbuang habis di jalan. Lain cerita kalau memang perginya tak diburu waktu.
- Eliminasi tempat yang tidak memungkinkan. Setelah semua informasi lengkap, bandingkan dan coret destinasi yang tidak memenuhi kriteria. Misal harga kemahalan, jarak kejauhan, akses jalan sulit, dan lain sebagainya.
- Dan voila! Tinggallah tempat-tempat yang memang ingin dituju, efisien dalam waktu, dan bujet sesuai saku 🙂
Sedikit tips tambahan, supaya traveling bisa lebih hemat, coba cari informasi tentang promosi atau keuntungan lain yang hanya bisa didapatkan oleh turis. Sperti di Osaka, Osaka Amazing Pass bisa jadi pilihan. Aku menggunakan pass 2 hari. Pass ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
- Unlimited naik transportasi umum di Osaka (kereta, bus, subway)
- Kurang lebih 35 spot wisata dapat dinikmati secara gratis
- Mendapatkan potongan harga dengan kupon TOKUx2
Daerah lain pun ada. Seperti Kobe yang punya Kobe Welcome Coupon. Hanya tinggal download file berisi kupon-kupon potongan harga, dan kupon pun langsung bisa digunakan. Cari tahu semua daerah yang akan dikunjungi, siapa tahu beruntung 🙂
Tentang Destinasi Impian
Ahh, bicara soal traveling, rasanya antusiasmeku tak pernah meredup. Terlebih jika bicara tentang wishlist destinasi impian. Belakangan ini, sebuah kota yang menjadi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) telah menarik minatku. Adalah kota Batam, kota terbesar di Provinsi Kepulauan Riau. Wilayah Kota Batam terdiri dari Pulau Batam, Pulau Rempang, dan Pulau Galang yang terhubung melalui Jembatan Barelang, serta pulau-pulau kecil lainnya di kawasan Selat Singapura dan Selat Malaka.
Kenapa Batam?
Ya, pertanyaan yang muncul dan sebenarnya ingin kujawab sendiri dengan indraku. Kenapa aku ingin pergi ke Batam?
Kesan Kota Batam yang melekat dalam benakku adalah surganya barang-barang BM, alias black market. Lain halnya dengan barang KW yang merupakan barang tiruan, barang-barang BM ini kebanyakan merupakan barang asli, namun ilegal secara hukum. Seperti ponsel misalnya, kebanyakan ponsel BM adalah barang asli dari merek yang sudah dikenal. Hanya saja nomor IMEI ponsel tersebut tak terdaftar di KEMENPERIN (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia). Jadi jangan harap bisa mendapatkan garansi resmi saat membeli ponsel ini. Lalu pertanyaan yang timbul, kok bisa tetap beredar secara bebas dan luas? Padahal pasar ini sudah tak “gelap” lagi? Entahlah, jujur aku pun penasaran 🙂
Sudahlah, jangan fokus pada sisi gelapnya saja. Yuk kita bahas sisi terangnya. Setelah coba berkenalan, ternyata Batam punya segudang daya tariknya juga!
Memang, media sosial adalah media promosi yang luar biasa efektif. Jangkauannya luas, tak perlu biaya untuk mengaksesnya. Setiap orang bebas berekspresi dan berbagi informasi, tak perlu gelar atau profesi khusus untuk menuangkan pemikirannya. Tak terkecuali aku.
Seorang kawan semasa duduk di bangku STM dulu kini telah menetap di Batam. Lewat media sosialnya, aku berkenalan dengan sedikit saja sisi Batam yang sebelumnya tak pernah kubayangkan. Ya, tentu saja tentang sisi pariwisatanya. Suatu hari, kawanku membagikan sebuah foto di media sosialnya. Foto ia dan anaknya yang sedang memandang lautan.
“Ning ini di Batam?”, tanyaku penasaran sekaligus ada sedikit rasa tak percaya. Ternyata Batam indah juga! Bukan hanya dari sebuah foto saja aku menilai Batam indah. Beberapa foto dan video lainnya yang juga kawanku bagikan benar-benar telah membuatku penasaran.
Selain karena penasaran akan black market dan keindahan Kota Batam, sedikitnya kurangkum 3 alasan lain kenapa Batam menjadi salah satu destinasi impianku berlibur bersama keluarga:
- Katanya Batam adalah salah satu kota dengan infrastruktur terunggul di Indonesia. Jaringan kabel listrik ditanam di bawah tanah, sehingga jarang berdiri tiang listrik di Batam. Tentu saja, hal ini mengakibatkan Batam bersih dari kabel-kabel yang bergelantungan di sepanjang jalan, membuat jalan terlihat kumuh dan semrawut. Memang sih, kalau dilihat dari fotografi udara, Batam terkesan rapi seperti kota dalam game Sim City hehe. Tapi benarkah serapi itu?
- Ada sebuah kisah yang melegenda di antara teman sekelasku semasa STM dulu. Seorang kawan kami terjun bebas dari Jembatan Barelang untuk memenuhi nazarnya. Sebab kejadian itu, tulangnya patah. Kawanku yang satu itu memang beda, entah terlalu berani, atau terlalu tak sayang diri. Hingga kini aku penasaran, bagaimana sih penampakan Jembatan Barelang itu?
- Salah satu tujuan utama ke Batam adalah aku ingin mengunjungi kawanku! Dia adalah kawan seperjuangan satu ekstrakulikuler saat sekolah dulu. Kawan ini jugalah yang membuatku tertarik mengunjungi Batam lewat media sosialnya. Tentu saja, kuminta dia jadi tour guide jikalau aku berkesempatan ke sana hehe. Pasti akan ada destinasi-destinasi impulsif nan atraktif yang direkomendasikan olehnya. Ya, warga lokal adalah pemandu terbaik bukan? 😀
Daripada terus penasaran, langsung sikat saja. Next trip, Batam, Insya Allah kami datang!
Beberapa wishlist destinasi yang ingin aku kunjungi di antaranya adalah:
1. Pantai Bale-Bale
Kawanku membagikan keindahan Pantai Bale-Bale di media sosialnya. Inilah salah satu tempat yang tertarik aku kunjungi sebab menilik media sosial seseorang. Pemandangan hutan bakau di sore hari benar-benar membuatku ingin menghabiskan sejenak waktu di sana. Aku ini bukan anak senja, tapi kuakui memang senja bisa menghipnotis. Perpaduan antara laut, pohon bakau, dan mentari senja, nampaknya adalah sebuah karya yang sempurna. Ahh, pokoknya aku ingin ke sana.
2. Coastarina
Ferris wheel atau kincir ria, adalah hal yang pertama kali mencuri perhatianku ketika aku mencari informasi tentang Coastarina. Wahana ini adalah salah satu wahana permainan yang aku gemari! Sensasi saat berada di puncak roda, sejujurnya membuatku merasa tinggi, dan apa yang ada di bawahku seakan kecil dan bukan apa-apa. Bukan, bukan tinggi dalam artian sombong. Melainkan menjadi motivasi bahwa aku bisa melakukan apa saja dengan caraku, #LifeYourWay itu yang terpenting. Rasanya persoalan hidup tak ada apa-apanya dibanding dengan apa yang bisa kulakukan. Ya, sebab ujian hidup yang dibebankan pada kita, pasti akan sanggup kita lalui. Paham maksudku? 🙂
3. Eco Edu Park Panbil Nature Reserve
Benar kata orang, semenjak punya anak, anak menjadi prioritas. Begitulah, semenjak punya anak, tempat yang ingin kukunjungi adalah tempat-tempat yang kids friendly. Ternyata Batam punya Eco Edu Park Panbil Nature Reserve. Aku percaya bahwa alam adalah tempat terbaik untuk belajar. Di taman ini, anakku bisa bermain sambil belajar, berinteraksi langsung dengan satwa. Sementara aku dan suamiku, kami bisa refreshing berjalan-jalan sembari menghirup udara segar. Sstttt! Berinteraksi dengan hewan sih ibunya juga mau 🙂
Pertama dan paling utama sebelum menyusun itinerary secara detail, aku selalu memastikan terlebih dahulu transportasi yang akan kugunakan. Mau naik kendaraan pribadi, atau kendaraan umum. Kalau naik kendaraan umum, pastikan apakah kendaraan tersebut memiliki waktu keberangkatan dan tempat duduk yang telah ditentukan. Misal naik bus, angkot, kereta api, pesawat, kapal feri, dan lain sebagainya. Setelah itu barulah aku menyusun itinerary yang sesuai dengan jadwal keberangkatan transportasi yang dipilih, lalu mencari akomodasi untuk menginap.
Moda transportasi yang kupilih untuk menuju Batam adalah pesawat. Untuk mewujudkan perjalanan yang mudah dan aman sentosa, tentu saja Traveloka jadi andalan.

Booking tiket pesawat di Traveloka nggak pake ribet. Tinggal masukkan tempat tujuan, tanggal keberangkatan dan tanggal kepulangan (untuk perjalanan pulang pergi), pilih kelas penerbangan, dan masukkan jumlah penumpang. Lalu isi data diri, check out deh.
Karena rumahku di sekitar Bandung Raya, awalnya kupilih Bandara Husein Sastranegara untuk keberangkatan. Namun ternyata tak ada penerbangan langsung dari Bandung ke Batam. Akhirnya ujung-ujungnya yaa berangkat dari Bandara Soekarno Hatta.
Untuk menuju Bandara Soekarno Hatta, travel langsung menuju bandara jadi pilihan. Memang biasanya harga travel menuju bandara lebih mahal ketimbang ngeteng. Tapi jelas lebih mudah, tak perlu pindah-pindah kendaraan, terlebih jika bepergian bawa bayi dan dengan barang bawaan yang tak sedikit.
Sekalian saja, pesan travel-nya di Traveloka 🙂
Ya, Traveloka selalu jadi aplikasi travel pertama yang kubuka ketika akan memesan tiket pesawat. Seperti saat ke Bangkok di tahun 2018, aku dan kawan-kawanku dapat tiket pulang pergi hanya dengan harga 1,7 juta rupiah menggunakan maskapai Malaysia Airlines!
Atau di kondisi terdesak ketika aku ketinggalan pesawat saat hendak berangkat perjalanan dinas ke Lampung, pesan tiket pesawat penggantinya di Traveloka. Pesan dadakan sekitar pukul 11 siang, untuk keberangkatan sekitar pukul 4 sore!
Bahkan pengalaman penerbangan pertamaku di tahun 2014, pesan tiketnya di Traveloka! Waktu itu aku dan keluargaku berangkat ke Bali menggunakan kereta api sampai Stasiun Surabaya Gubeng, lalu dilanjutkan naik bus sampai Denpasar. Tentu saja kami naik kapal feri untuk menyeberangi Selat Bali. Pulangnya, agar lebih cepat kami putuskan naik pesawat, karena sebenarnya saat itu aku sedang Ujian Akhir Semester di kampus 😀
Masih bingung bagaimana cara pesan tiket pesawat lewat Traveloka? Sini kujelaskan lewat gambar ini yaa:
Aku sudah dan masih mau liburan bareng Traveloka. Kamu punya destinasi impian? Yuk rencanakan liburan di Traveloka, dan wujudkan perjalanan menuju destinasi impianmu!
Traveling Cara Aku
Menurutku, traveling itu seni. Bagaimana cara menuangkan ide ke dalam sebuah perjalanan. Tentu saja akan berbeda bagi satu orang dengan yang lainnya. Begitupun aku. Aku juga punya cara tersendiri dalam traveling. Penasaran? Beginilah traveling cara aku.
1. Ingin coba banyak hal
Yes, poin pertama adalah ingin mencoba banyak hal. Aku tipe orang yang antusias dengan hal-hal baru. Tak heran kalau ke suatu tempat, aku ingin mencoba sebanyak mungkin hal yang bisa dilakukan di tempat tersebut. Dan tentu saja aku ingin mengunjungi sebanyak mungkin tempat yang belum kukunjungi. Dalam traveling, seringkali aku berprinsip: Kalau tak sekarang, kapan lagi? Ya, seperti perjalananku ke Jepang, entah kapan kesempatan keduaku menginjakkan kaki di sana lagi. Makanya aku membuat itinerary yang cukup padat saat menjelajah Jepang.
2. Suka merencanakan
Saat kuliah dulu, mungkin aku bisa disebut sebagai salah seorang ‘penggerak’ dalam hal main satu angkatan. Hanya sekadar ngajak kumpul di kosan teman, ngopi ke kafe atau angkringan, hingga merencanakan bermalam di vila. Ya, sebab aku suka merencanakan.
Namun ada kalanya juga aku ingin santai, tak mau ribet menyiapkan itu ini. Seperti saat ke Karimun Jawa, kami memesan perjalanan kami di sebuah agen tur khusus Karimun Jawa. Jadi kami hanya tinggal berangkat saja.
Beruntungnya aku, aku selalu dikelilingi oleh orang-orang yang juga suka traveling. Hingga menikah pun, ada saja kesempatanku untuk melakukan hobiku yang sudah mendarah daging ini (baca: traveling).
3. Dadakan pun tak jadi masalah
Memang bukan hanya sambal saja yang enaknya dadakan, traveling juga. Terkadang malah perjalanan dadakan itu lebih berkesan, lantaran tanpa ekspektasi apapun.
Pulau Pahawang menjadi saksi aku dan kawan-kawanku berenang dengan pakaian lengkap untuk bepergian (bukan pakaian renang).
Saat perjalanan dinas ke Lampung, aku dan tiga orang kawanku menyempatkan diri mengunjungi Pantai Sari Ringgung. Tanpa ada rencana berenang, tiba-tiba kami memutuskan untuk menyeberang ke Pulau Pahawang. Dan akhirnya, byurrr. Kami nyemplung ke laut dengan pakaian yang kami kenakan saat berangkat, dan pulang dengan pakaian yang sama, basah-basahan. Lantaran kami tak bawa baju ganti karena memang tak niat berenang, untung pakaianku berwarna gelap 🙂

Di lain kisah, aku dan keluarga suami pergi ke Pantai Santolo dadakan, tanpa perencanaan sama sekali. Tiba-tiba saja ide tersebut tercetus di dalam mobil saat kami hendak ke daerah Ciwidey atau Pangalengan.
Kisah lain yang tak kalah berkesan buatku. Hari itu, sahabatku baru saja beres sidang sarjana. Turut berbahagia, kususul dia ke kampusnya, hanya sekedar untuk mengucapkan selamat, sembari memberikan coklat.
“Mau ke mana kita sekarang?”, tanyaku setelahnya.
“Ke mana aja hayu”, katanya.
Kami duo sahabat buta arah. Hari itu kami pasrah. Biarkan motor yang membawa kami entah ke mana. Setiap ada persimpangan, secara acak kami pilih, kanan atau kiri. Akhirnya tibalah kami di sebuah kafe indah yang kalau tak salah Tabuga namanya.
Ya, begitulah traveling cara aku, sebebas itu.
4. Minta izin
Tapi tetap, walaupun bebas, kapan pun, ke mana pun, dengan siapa pun, aku pasti meminta izin terlebih dahulu. Kalau sebelum menikah aku meminta izin pada orang tua, setelah menikah aku meminta izin pada suami. Supaya semuanya lancar, sebab senantiasa teriring doa dari para penanggung jawabku.
5. Penyesalan
“Twenty years from now you will be more disappointed by the things you didn’t do than by the ones you did. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover.”
– Mark Twain –
Benar kata Mark Twain. Dua puluh tahun lagi, kita akan menyesal atas apa yang tidak kita lakukan dibandingkan dengan apa yang kita lakukan. Belum dua puluh tahun, aku sudah menyesal.
Kawan-kawanku semasa KKN (Kuliah Kerja Nyata) mengajakku pergi ke Dataran Tinggi Dieng di tahun 2014. Namun karena satu dan lain hal, aku memutuskan untuk tidak ikut. Tahukah kawan? Hingga detik ini aku masih menyesal kenapa dulu tak ikut. Sebab entah kapan kesempatan itu akan datang lagi 🙂
Last But Not Least
Akan banyak pernyataan dan komentar yang dilontarkan mengenai cara kita traveling. Kenapa nggak naik itu aja, padahal mending ke sini, pake itu lebih murah loh, dan lain sebagainya. Percaya deh. Kalau aku, kusikapi dengan bodo amat. Toh kita yang menjalani, kita yang merasakan, dan yang paling penting, kita yang bermodal hehe. Jangan ambil hati semua komentar-komentar yang mengesalkan, lakukan semua dengan caramu, sesuai dengan suara hatimu. You have the right to live #LifeYourWay. Karena di hidupmu, kamulah pemeran utamanya 🙂







