Hanya punya waktu satu hari di Cirebon? Cukup kok!
Hari itu tanggal 1 Januari 2025. Mumpung usaha keluarga suamiku sedang tutup, kami memutuskan untuk jalan-jalan.
Perjalanan kali ini beranggotakan 8 orang, terdiri dari 7 dewasa dan 1 balita.
Kebayang dong kalau ke Lembang atau Ciwidey saat tahun baru, macetnya akan seperti apa? Tak mau ikut berdesakan di jalan, jadilah kami memutuskan pergi ke daerah yang kira-kira tak akan macet.
Cirebon.
Ya, Cirebon jadi destinasi kami. Tentu saja, supaya tak memakan waktu lama di perjalanan, kami lewat tol Soroja – Padaleunyi – Cisumdawu – Cipali. Tak tanggung-tanggung, empat ruas tol kami lalui!
Kami berangkat masuk gerbang tol Kutawaringin Timur di Soreang, dan keluar di gerbang tol Plumbon 2, Cirebon.
Biaya tol adalah 139.000 rupiah sekali jalan. Jadi untuk perjalanan pergi-pulang, total biaya tol adalah 278.000 rupiah.
Kami berangkat pukul 03.16 dini hari. Memang sengaja kami berangkat nyubuh, supaya sore sudah di rumah lagi.
Perjalanan dari Bandung menuju Cirebon kami tempuh dalam waktu 3 jam. Sekitar pukul 04.40, kami istirahat terlebih dahulu di rest area untuk melaksanakan solat subuh.
Setelah solat subuh, perjalanan kami lanjutkan menuju Pantai Kejawanan. Ya, pantai jadi tujuan pertama kami di Cirebon.
Kesan pertama saat tiba di Pantai Kejawanan adalah: wow!

Aku tak berekspektasi apapun, namun setelah tiba, jujur aku salut dengan pantai ini. Terlihat memang Pantai Kejawanan diperhatikan oleh pengelolanya.
Tentu saja, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, tapi selebihnya kuacungi jempol.
Pertama tiba, kami disuguhkan oleh pemandangan kapal nelayan yang sedang sandar berjajar hingga pintu masuk. Kami bayar parkir dua kali, kalau tak salah 5.000 rupiah setiap parkirnya.

Salah satu yang harus diperhatikan pengelola adalah tempat parkir. Karena semalam hujan, tempat parkir menjadi becek. Tanahnya polos, tidak ada coran, aspal, atau paving block. Bebatuan juga turut “meramaikan” lahan parkir ini. Namun sepertinya memang sedang ada perbaikan. Semoga saja sekarang sudah lebih baik.
Lanjut, kami membeli tiket seharga 5.500 per orang, dengan rincian 5.000 untuk tiket masuk, dan 500 untuk asuransi. Murah bukan?
Pertama masuk, sebuah gapura besar berwarna terakota menyambut kami. Cukup ikonis menurutku, unik. Gapura ini juga merangkap sebagai pos informasi. Ada staf yang stand by jikalau pengunjung butuh bantuan.

Dari pintu masuk ke sebelah kiri, pengunjung bisa bermain air di pantai, berjalan menyusuri titian, bermain di mini playground, piknik di pinggir pantai, atau jajan di warung makanan yang berjejer rapi. Warung makanan di sana tertib, berkumpul di satu titik.


Ada perahu karet juga. Perahu karet ini bisa disewa seharga 25.000. Namun sayang, saat kami datang, perahu-perahu itu belum siap, masih dipompa. Maklum, kami datang terlalu pagi 😄

Setelah cukup bermain air dan jajan (sekaligus sarapan) di salah satu warung, kami beranjak untuk melihat fasilitas apa lagi yang ditawarkan oleh Pantai Kejawanan.
Dari pintu masuk ke sebelah kanan, ada playground. Kalau di sebelah kiri tadi hanya ada ayunan dan perosotan saja, playground yang ini lebih lengkap. Anak-anak puas sekali bermain di sana.
Lelah bermain, gazebo bisa dipakai untuk beristirahat. Gratis!
Ini salah satu poin plus Pantai Kejawanan. Tak banyak biaya tambahan di dalamnya. Bahkan untuk gazebo saja, di mana biasanya di tempat wisata lain dikenakan biaya sekitar 20.000, di Pantai Kejawanan gratis. Namun hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah toilet. Bisa dibilang, toiletnya kurang nyaman, kotor dan bau.
Saat itu waktu masih menunjukkan pukul 08.37, tapi kami sudah lelah. Setelah cukup puas bermain di Pantai Kejawanan, kamipun beranjak menuju destinasi berikutnya.
Perut sudah keroncongan, sepupuku request ingin makan nasi jamblang katanya. Lebih spesifik lagi, dia ingin coba nasi jamblang Ibu Nur yang sudah melanglang buana.
Nasi Jamblang Ibu Nur terletak di Jl. Cangkring 2 No. 34, Kejaksan, Kota Cirebon.
Nasi jamblang yang dibungkus oleh daun jati ini memang jadi makanan khas Cirebon. Lauk-pauknya seperti prasmanan, bebas pilih. Karena ukurannya kecil, biasanya 1 orang bisa makan 2 sampai 3 bungkus nasi jamblang. Tapi kalau memang porsinya kecil, 1 bungkus saja cukup kok.
Aku memilih lauk ikan pari, pepes rajungan, dan oseng kedelai hitam. Ikan parinya enak.

Harga setiap lauk tercetak besar di sebuah spanduk yang dipasang di atas meja prasmanan, jadi sebelum ke kasir bisa hitung sendiri ya kira-kira habis berapa. Untuk minuman, bisa pesan es jeruk, jus, es teh manis, dan lain sebagainya. Namun kalau enggan beli, teh tawar panas sudah disediakan gratis!
Pukul 09.20 kami sudah selesai makan. Okee, kita lanjutkan perjalanan menuju destinasi berikutnya.
Keraton Kacirebonan menjadi tujuan kami berikutnya, sekaligus jadi penutup perjalanan kami ke Cirebon.
Keraton Kacirebonan merupakan salah satu dari 3 keraton yang ada di Cirebon, dan merupakan keraton termuda.
Tiket masuk adalah 10.000 per orang. Begitu masuk, kami langsung disambut oleh seorang pemandu. Pemandu ini menjelaskan detail sejarah, makna arsitektur, serta makna setiap benda yang dipamerkan.

Dinding berwarna putih, pilar dan pintu berwarna hijau, serta ubin berwarna kuning kecoklatan, membuat bangunan keraton ini terlihat khas jaman dulu. Tentu saja, karena keraton ini dibangun pada tahun 1808.
Masuk ke dalam, kami disuguhi oleh pakaian-pakaian yang digunakan sultan terdahulu, seperti pakaian saat menikah, dan lain sebagainya. Lalu ada gamelan, kitab suci Al-Quran tulisan tangan, dan terakhir adalah benda-benda pemberian tamu dari dalam dan luar negeri, yang disimpan apik di dalam lemari kaca.
Foto-foto dokumentasi kegiatan kesultanan juga dipajang di dinding keraton. Lalu tak ketinggalan, gambar (lukisan atau foto) dari sultan pertama hingga sekarang sultan kesembilan, juga dipajang di sana.
Semua ini dijelaskan detail oleh pemandu tadi. Tak ada tarif khusus untuk pemandu, beri tip sepatutnya saja 🙂
Jadi ingat, dulu waktu masih duduk di bangku SMP, aku pernah mengunjungi Keraton Kacirebonan bersama teman sekolah. Bedanya, saat itu aku berperan sebagai siswa yang sedang study tour. Sedangkan sekarang, aku berperan sebagai wisatawan. Dulu aku masih berstatus sebagai "anak", sekarang aku berstatus sebagai "ibu". Sungguh waktu berlalu dengan begitu cepat :)
Lelah dan bosan. Kami berputar-putar di jalan yang sama hingga tiga kali, akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
Tadinya ingin mampir ke Alun-alun Cirebon sekaligus solat zuhur di Masjid Agung Cirebon. Tapi ternyata waktu masih menunjukkan pukul 11.00. Azan zuhur masih jauh. Jadi ya sudahlah, kami pulang. Sampai jumpa Cirebon!
Kami pulang lewat rute yang sama seperti saat berangkat tadi. Istirahat di rest area Cileunyi untuk solat zuhur, dan sekitar pukul 14.30 sudah sampai di rumah. Perjalanan singkat dan padat, tapi cukup 😄